Senin, 04 Oktober 2010

Kwangen

Kebangkitan Hindu Nusantara Kwangen dibuat dari daun Pisang yang berbentuk kojong,delengkapi dengan daun-daunan (pelawa),hiasan dari janur(cili),Bunga,uang yang berbentuk bulat(uang kepeng),dan Porosannya di sebut "silih asih" yaitu terdiri dari dua potong daun sirih di isi kapur serta pinang. Sedeikian sehingga bila di gulung yang tampak adalah satu lebar bagian perutnya,dan yang satu potong lagi bagin punggungnya, Porosan ini dimasukkan kedalam Kojong.

Pada Upacarapersebahyangan Kwangen dipakai untuk memuja Ida Sanghyang Widhi sebagai pemberi anugrah,dalam wujud Pradana-Purusa(ardanareswari, sebagaimana disebutkan dalam puja pengantarnya.
Wujud tersebut disimbulkan dengan porosan silih-asih,sebab dari posisi daun-daunan yang menengadah dan nengkurep biasa dipakai untuk melukiskan bentuk Purusa-pradana,

Disamping itu Kwangen juga simbul "ONGKRA" yaitu kojong adalah simbul angka 3,potongan bagian atas yang lonjong adalah merupakan simbul "arda-Chandra",Uang yang berbentuk bulat adalah perlambang "Windu",sedangkan Cili,bungan serta daun-daunan/pleawa adalah sebagai simbul "Nada", Jadi lengkaplah sebuah ONGKARA yang utuh.

Seperti diketahui bahwa Kwangen tidak di pakai pada upacara persebahyangan saja tetapi juga pada upacara-upacara lainnya,umpamanya upacara Butha-Yadnya Kwangen ditaruh diatas kulit binatang/blulang yang dijadikan korban.
Pada Uapcara Dewa Yadnya Kwangen dipakai elengkapi pedagingan,sedangkan pada upacara Pitra-Yadnya,Kwangen diletakkan pada persendian-persendian seseorang yang sudah meninggal,atau pada puspa (sekah). Rupanya fungsi kwangen dalam hal ini adalah sebagai pengurip-urip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar